Diantara nasihat Abah Ulil Albab untuk orangtua yang sedang memondokkan anaknya adalah:
1.) Bukti tanda cinta orangtua kepada anak adalah dengan menyayangi, mendoakan, menafkahi dan membiayai pendidikan anak-anaknya.
2.) Jika kita menjadi orangtua, sementara anak kita mondok di Pesantren, mari kita upayakan selalu membayar syahriyyah tepat waktu. Sebab, manakala kita terlambat bayar syahriyyah, maka makanan yang dimakan anak-anak kita di pondok, bisa masuk dalam kategori ghasab. Ini merupakan salah satu usaha supaya anak-anak kita memakan makanan yang halal. Karena makanan yang halal akan membawa berkah bagi anak-anak kita.
3.) Suatu ibadah bisa terjaga dan diterima oleh Allah, manakala seorang hamba senantiasa menjaga segala yang masuk ke dalam mulutnya. Jika makanan yang dimakan adalah haram, maka nerakalah yang lebih utama untuknya.
4.) Sebisa mungkin, kita mengamalkan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Dan makanlah kalian dari apa yang sudah direzekikan oleh Allah perkara yang halal lagi yang baik.”
5.) Sebagai orangtua, kita harus menjaga sumber makanan untuk keluarga kita, apakah halal atau haram? Sebab, jika sumbernya adalah haram, maka makanan haram yang dimakan akan menjadi daging yang menyatu dalam tubuh kita, dan menjadi sebab ketidak berkahan keluarga kita, serta menjadi sebab pula yang menjadikan anak-anak kita menjadi anak yang tidak sholeh, na’udzubillah min dzalik.
6.) Sebagai orang tua, jika kita memang sayang kepada anak-anak, maka kita harus selalu mendoakan mereka. Karena doa orangtua yang ditujukan kepada anak bagaikan doa nabi terhadap umatnya,
دُعَاءُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ كَدُعَاءِ النَّبِيِّ لِأُمَّتِهِ
“Doa orangtua untuk anaknya seperti doanya Nabi untuk umatnya.”
7.) Al-Qur’an ini harus kita yakini merupakan sesuatu yang sangat agung dan merupakan mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
وَمُعْجِزَاتُهُ كَثِيْرَةٌ غُرَرْ # مِنْهَا كَلَامُ اللهِ مُعْجِزُ الْبَشَرْ
“Mukjizat Nabi begitu banyak lagi bercahaya # Diantaranya Kalam Allah (sebagai) mukjizat untuk manusia”.
8.) Selama ada Al-Qur’an dan selama Al-Qur’an selalu dibaca dan dikaji, insya Allah tidak akan kiamat. Karena sebelum terjadinya kiamat, Al-Qur’an akan diangkat oleh Allah terlebih dulu. Sehingga yang tersisa saat hari kiamat nanti adalah orang-orang buruk, yang lalai dan tidak bisa membaca Al-Qur’an.
9.) Maka, mumpung Al-Qur’an ini masih bisa kita nikmati, mari kita nikmati, kita cintai, kita syukuri, dengan cara terus-menerus membaca, merenungkan, dan mengamalkannya.
10.) Orangtua yang memondokkan anaknya untuk menghafalkan Al-Qur’an, di rumah juga harus mau untuk belajar atau mengajarkan Al-Qur’an. Jangan sampai anaknya di pondok istiqomah membaca Al-Qur’an, sementara orangtuanya di rumah tidak. Harus ada keserasian dalam upaya menjaga Al-Qur’an antara anak dan orang tua, supaya dapat melahirkan limpahan keberkahan Al-Qur’an.
11.) Meskipun usia kita tidak lagi muda, kita jangan malu untuk belajar Al-Qur’an, karena tidak ada batasan usia dalam belajar Al-Qur’an. Tidak ada kata terlambat dalam belajar Al-Qur’an. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saja menerima Al-Qur’an saat beliau berusia 40 tahun. Jangan sampai kita punya pikiran, bahwa Al-Qur’an itu hanya pantas dipelajari oleh anak-anak.
12.) Orang tua yang memondokkan anaknya hendaknya selalu mewiridkan bacaan Al-Qur’an. Setiap hari harus punya waktu khusus untuk membaca Al-Qur’an. Jangan malah WA-nya yang dijadikan wiridan.
13.) WA-nya bapak ibu kepada Allah, ya dengan membaca Al-Qur’an. Karena, barang siapa yang ingin berkomunikasi dengan Allah, maka hendaknya ia membaca Al-Qur’an,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُّكَلِّمَ مَعَ اللهِ فَلْيَقْرَإِ الْقُرْأَنَ
“Barangsiapa yang senang berkomunikasi dengan Allah, maka bacalah Al-Qur’an.”
14.) Kita sebagai orangtua, harus selalu berusaha untuk mengamalkan Al-Qur’an. Diantara yang sangat penting untuk kita amalkan dalam membangun hubungan keluarga yang harmonis, adalah perintah Allah untuk berkata kepada manusia dengan perkataan yang baik-baik,
وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“Dan berkatalah kalian kepada manusia dengan ucapan yang baik.”
15.) Contoh aplikasi dari ucapan yang baik terhadap manusia adalah membiasakan diri untuk berterima kasih dan memberikan pujian terhadap orang-orang di sekitar kita. Kepada suami atau istri, kita sering memberikan pujian. Kepada anak-anak, kita sering memberikan pujian. Insya Allah, jika kita mau mengamalkan ini, maka dalam rumah tangga kita tidak akan ada pertengkaran. Karena ucapan-ucapan yang baik ini akan mewariskan kedamaian dan menjadikan rumah kita menjadi miniatur surga, sebagaimana Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
“Rumahku adalah surgaku.”
16.) Mulai sekarang, niatnya diperbaiki kembali. Karena niat yang baik akan melahirkan perkara-perkara yang baik pula. Allah selalu mengikuti persangkaan hamba-hamba-Nya. Jika prasangkanya baik, maka baik pula. Jika prasangkanya jelek, maka jelek pula. Allah berfirman dalam hadits qudsi:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ
“Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku kepada-Ku”.
Wallahu A’lam