Namanya adalah Hisyam bin Ammar bin Nashir bin Maisarah al-Sullami al-Dimasyqi, panggilannya adalah Abu al-Walid.
Lahir pada tahun 153 H, masa pemerintahan Khalifah al-Mansur.
Beliau adalah seorang panutan dan imam masyarakat kota Damaskus. Selain sebagai imam dan panutan masyarakat kota Damaskus, beliau juga dikenal sebagai khatib, (orator: muballigh), muqri’, muhaddits, dan menjabat sebagai mufti, yang mendapatkan predikat tsiqah, (terpercaya) dhabt (cekatan: kuat hafalannya), adil dalam menjalankan amanah, fasih (penyampaiannya), sangat alim, dan luas ilmunya, baik dari sisi riwayah maupun dirayah-nya.
Imam Hisyam merupakan seorang imam yang mengabdikan diri hanya untuk mengajar Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
Perjalanan Intelektualnya dan Transmisi Sanadnya
Perjalanan intelektual beliau dimulai belajar dari satu guru ke guru yang lain, layaknya seorang penuntut ilmu yang haus akan cahaya ilmu. Dalam catatan sejarah, beliau belajar qira’at Al-Qur’an kepada beberapa guru, salah satunya adalah Syaikh Irak al-Murri, dan Ayyub bin Tamim dari Yahya al-Dzimari dari Abdullah bin Amir dari Abu Darda’ dan al-Mughirah hingga sampai kepada Nabi SAW.
Sebagian riwayat mencatat bahwa beliau belajar sebagian huruf (qira’at) dari Imam Atabah bin Hammad, dan Abi Dihyah Ma’la bin Dihyah dari Nafi’, yang bersambung sanadnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam bidang hadits beliau meriwayatkan dari beberapa para imam besar pada masanya, salah satunya adalah Imam Malik bin Anas, Sufyan bin Uyainah, Muslim bin Khalid al-Zanji, Ismail bin Ayyasy, Sulaiman bin Musa al-Zuhri.
Imam Hisyam bercerita tentang pribadinya, sebagaimana disampaikan oleh Imam Muhammad bin al-Faidh al-Ghassani: “Ayah saya menjual rumahnya dengan harga 20 dinar, untuk bekal haji saya. Ketika saya sampai di Madinah, saya mendatangi majlis imam Malik. Saya punya beberapa pertanyaan (untuk ditanyakan kepadanya). Kemudian saya mendekat kepadanya, sementara beliau sedang duduk di depan seperti layaknya seorang raja. Sementara murid-muridnya berdiri. Banyak orang bertanya kepadanya, dan dijawab oleh beliau. Kemudian saya bertanya kepadanya: ‘Apa yang akan Anda katakan tentang hal ini?’. Kemudian beliau hanya menjawab: ‘Kita mendapati seorang anak kecil, wahai murid, bawalah ia kemari’. Kemudian murid-murid itu membawaku layaknya anak kecil, padahal saya adalah orang yang (mudrik) berpengetahuan. Kemudian beliau mencambuk saya layaknya seorang guru mencambuk muridnya dengan tujuh belas kali cambukan. Saya pun menangis. Beliau bertanya: ‘Kenapa kamu menangis, apakah ini menyakitkanmu?’. Saya pun menjawab: ‘Ayah saya menjual rumahnya dan menasihati saya untuk menemuimu, menyimak pengajianmu tapi kamu malah memukulku’. Imam Malik berkata: ‘Tulislah’...kemudian Imam Malik meriwayatkan tujuh belas hadits kepada saya dan menjawab semua pertanyaan saya”.
Cerita di atas, menunjukkan kesungguhan beliau dalam menuntut ilmu hingga harus mengorbankan harta dan raganya.
Imam al-Ahwazi menceritakan bahwa ia mendengar dari imam Hisyam berkata: “Selama kurun waktu dua puluh tahun, saya tidak menyiapkan (teks) khutbah (dalam berceramah)”. Ini artinya bahwa imam Hisyam merupakan orang yang sangat fasih dalam bidang bahasa Arab.
Imam Ahmad bin Muhammad al-Ashbahani berkata: “Sejak wafatnya Ayyub bin Tamim, kepakaran dalam bidang qira’at berpindah pada dua orang, Hisyam dan Ibnu Dzakwan. Hisyam dikenal sebagai orator yang piawai dan fasih, dianugerahi umur yang panjang, sehat akal dan pandangannya, sehingga banyak penuntut ilmu belajar kepadanya. Sementara Ibnu Dzakwan dikenal sebagai perawi yang dhabit (cekatan) dan menjadi panutan masyarakat dan imam shalat masyarakat Damaskus”.
Keistimewaan Imam Hisyam
Imam Hisyam termasuk hamba Allah yang dekat dengan-Nya dan cepat terkabul doanya. Imam Abu Ubaidillah al-Humaidi menceritakan bahwa Imam Hisyam berkata: “Saya memohon kepada Allah tujuh permohonan, namun Allah hanya mengabulkan enam permohonan saya. Saya tidak tahu apakah permintaan saya yang ketujuh dikabulkan atau tidak. Pertama, saya memohon kepada-Nya supaya membenarkan hadits Nabi Muhammad saw., Allah mengabulkannya. Kedua, saya memohon kepada-Nya agar saya bisa berangkat haji, Allah mengabulkannya. Ketiga, saya memohon kepada-Nya supaya saya berumur panjang hingga melewati seratus tahun, Allah mengabulkannya. Keempat, saya memohon kepada-Nya supaya dianugerahkan harta 100 dinar yang halal, Allah mengabulkannya. Kelima, saya memohon kepada-Nya agar saya memiliki murid yang banyak, atau mereka datang ke saya untuk menuntut ilmu kepada saya, Allah mengabulkannya. Keenam saya memohon kepada-Nya agar saya dapat berkhutbah di masjid Damaskus, Allah mengabulkannya. Sementara permohonan saya yang ketujuh agar Allah mengampuni dosa-dosa saya dan kedua orang tua saya, namun saya tidak tahu apa yang akan diberikan oleh Allah atas permohonan saya”.
Komentar Ulama
Imam al-Ashbahani berkata: “Imam Hisyam dianugerahi umur yang panjang, sehat akal dan pandangannya, sehingga banyak orang yang belajar kepadanya dalam bidang ilmu qira’at dan hadits”.
Imam Yahya bin Ma’in berkata: “Hisyam bin Ammar adalah orang yang pintar”.
Ibnu Ma’in juga berkata: “Hisyam bin Ammar lebih saya sukai daripada Ibnu Abi Malik”.
Karya-karya Imam Hisyam
Karya terbesar seorang ulama adalah generasi yang melanjutkan estafet keilmuannya. Dalam hal ini adalah para murid-muridnya yang menjadi jariyahnya kelak di akhirat. Karya ini dikenal dengan sebutan karya ideologis. Sementara karya yang berbentuk tulisan, penulis tidak menemukannya, hanya saja ada sebuah ungkapannya yang bagus dan fasih sebagai karyanya, yaitu:
قولوا الحق، ينزلكم الحق منازل أهل الحق، يوم لايقضي إلا بالحق
"Katakan yang haq, kalian akan ditempatkan oleh Dzat yang Maha Haq bersama dengan para penghuni yang haq, di hari yang tidak ada pengadilan kecuali dengan haq."
Murid-murid Imam Hisyam
Sebagaimana telah disinggung di depan bahwa salah satu permohonan imam Hisyam adalah memiliki murid yang banyak, maka Allah mengabulkannya. Salah satu dari sekian murid beliau dalam bidang qira’at Al-Qur’an adalah: Abu Ubaid bin al-Qasim bin Sallam, Ahmad bin Yazid al-Hulwani, Musa bin Jumhur, al-Abbas bin al-Fadhl, Ahmad bin al-Nadhr, dan Harun bin Musa al-Akhfasy.
Sementara dalam bidang hadits, ulama muhadditsin yang meriwayatkan hadits-haditsnya adalah Imam al-Bukhari dalam kitab shahihnya, Imam Abu Dawud, al-Nasa’i, Ibnu Majah dalam kitab “sunan” mereka, Ja’far al-Gharyani, Abu Zar'ah al-Dimasyqi. Sementara Imam at-Turmudzi meriwayatkan dari seseorang atau perawi yang meriwayatkan dari Hisyam.
Para kritikus hadits banyak memuji dan menta’dil-kan riwayat hadits-haditsnya, salah satunya adalah imam Yahya bin Ma’in yang memberi predikat kepadanya “tsiqah” dan al-Daruquthni memberi predikat kepadanya “Sadhuq kabir al-Mahal”.
Setelah mengorbankan harga dan raganya untuk mengabdi pada kitab Allah, pada tahun 245 H. beliau dipanggil oleh pemiliknya. Semoga kita dapat meniru kesungguhan beliau dalam menuntut ilmu dan keberkahannya mengalir kepada kita. Amin.
Sumber: Situs PBNU