Namanya adalah Abdullah bin Basyar (sebagian riwayat namanya: Basyir) bin Ibnu Dzakwan bin Amr. Panggilannya adalah Abu Muhammad, ada yang mengatakan Abu Amr al-Dimasyqi.
Ibnu Dzakwan merupakan seorang imam yang tsiqah dan terkenal, juga sebagai syaikh iqra’ di Syam dan menjadi imam masjid di Damaskus. Selain itu, beliau juga merupakan pamungkas masyikhah iqra’ di Damaskus setelah wafatnya Imam Hisyam bin Ammar.
Beliau lahir pada bulan Asyura’ tahun 173 H.
Perjalanan intelektual dan Transmisi Sanadnya
Perjalanan intelektual imam Ibnu Dzakwan ini dimulai belajar satu guru ke guru yang lain. Ada banyak guru dan tempat yang sempat ia singgahi namun dari sekian gurunya yang paling dikenal adalah: (1) Ayyub bin Tamim dari Yahya al-Dzimari dari Ibnu Amir. Kepada imam Ayyub ini beliau belajar qira’at Al-Qur’an secara langsung. (2) Ali al-Kisa’i, seorang imam qira’at ketujuh. Kepada Imam Ali ini, Ibnu Dzakwan belajar qira’at saat beliau berkunjung ke negara Syam. Imam Ibnu Dzakwan berkata: “Saya menetap bersama al-Kisa’i selama tujuh bulan dan saya membaca Al-Qur’an kepadanya berulangkali”. (3) Ishaq bin al-Musayyibi dari Imam Nafi’. Kepada Ishaq ini, Ibnu Dzakwan belajar sebagian “huruf” qira’at.
Komentar Ulama
Imam Abu Zar'ah al-Dimasyqi berkata: “Menurut saya tidak ada di Iraq, Syam, Hijaz, Mesir dan Khurasan pada masa Ibnu Dzakwan yang paling mahir soal qira’at dibanding beliau”.
Karya-karya Ibnu Dzakwan
Karya yang berbentuk tulisan adalah sebagai berikut: (1) Aqsam Al-Qur’an wa Jawabuha, (2) Ma Yajibu ‘Ala Qari’ Al-Qur’an Inda Harakati Lisanihi.
Murid-muridnya
Imam Ibnu Dzakwan adalah seorang imam yang sangat terkenal pada masanya, beliau memiliki predikat tsiqah dan sebagai masyikhah iqra’ di Damaskus. Maka tak ayal jika banyak para penuntut ilmu yang datang dari berbagai belahan dunia Islam, salah satunya adalah anaknya sendiri, yaitu Ahmad bin Abdullah bin Dzakwan, Ahmad bin Anas, Ishaq bin Daud, Abu Zar’ah Abdurrahman bin Amr al-Dimasyq, Abdullah bin Isa al-Ashbahani, Muhammad bin Ismail al-Turmudzi, Muhammad bin Musa al-Shuri dan Harun bin Musa al-Akhfasy.
Setelah mengerahkan jiwa dan raga untuk mengabdi kepada kitab Allah dan menorehkan karya yang gemilang, beliau wafat pada tahun 243 H di kota Qita. Semoga kita mendapatkan barokah dan meniru perjalanan hidupnya. Amin.
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!