Imam al-Syatibi mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah sebaik-baiknya teman duduk (khairu jalisin). Keagungan dan kemuliaannya mampu memberikan syafaat dan manfaat kepada pembacanya dan penghafalnya, apalagi diimplementasikan kandungan artinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemuliaan yang didapatkan oleh para pembaca dan penghafal Al-Qur’an jauh melebihi yang didapatkan oleh yang lain. Hal ini dibuktikan langsung oleh Imam Hamzah melalui mimpinya ketika berkomunikasi dengan Tuhannya.
Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Khalaf bin Hisyam al-Bazzar. Imam Sulaim bin Isa berkisah bahwa suatu hari ia berkunjung kepada gurunya, Imam Hamzah bin Habib az-Zayyat. Saat menemuinya, tampak sang guru sedang membolak-balikkan kedua pipinya ke tanah dan menangis. Sontak Sulaim pun berdoa, “Semoga Allah melindungimu.”
Imam Hamzah kaget, “Hai, kamu meminta pelindungan untuk apa?”
Imam Hamzah lantas bercerita bahwa dirinya kemarin bermimpi seakan-akan kiamat telah terjadi dan para qari’ Al-Qur'an dipanggil. Ia termasuk orang yang menghadiri panggilan itu. Lalu Imam Hamzah mendengar suara berkata dengan ucapan yang enak didengar, “Tidak bisa masuk menghadap kepada saya kecuali orang-orang yang mengamalkan Al-Qur'an”.
“Saya pun kembali tanpa menoleh ke belakang (karena saya merasa bukan termasuk orang yang mengamalkan Al-Qur'an),” kisahnya.
Saat dirinya kembali, tiba-tiba ada suara yang memanggil namanya, “Di mana Hamzah bin Habib az-Zayyat?”
Imam Hamzah pun menyambut penggilan itu. Malaikat segera mendatanginya sambil berkata, “Katakanlah, 'Saya sambut panggilan-Mu, ya Allah'.” Lalu Imam Hamzah mengatakan apa yang disampaikan malaikat kepadanya. Seketika itu, Imam Hamzah baru sadar bahwa yang memanggilnya adalah Allah, Tuhan semesta alam.
Kemudian Imam Hamzah dimasukkan ke suatu tempat yang di dalamnya terdengar suara gemuruh Al-Qur'an. Ia pun berhenti dengan tubuh gemetar, hingga terdengarlah ucapan, “Jangan khawatir, naiklah dan bacalah Al-Qur'an!”.
Wajah Imam Hamzah seketika bersinar. Saat itu ia sudah berada di depan mimbar yang terbuat dari batu mutiara putih. Kedua sisinya terbuat dari yaqut berwarna kuning. Tangganya terbuat dari batu zabarjad berwarna hijau. Lalu dikatakan kepadanya, “Naiklah dan bacalah Al-Qur'an!”
Ia pun naik, lalu dikatakan kepadanya lagi, “Bacalah surah al-An‘am!”
Imam Hamzah pun membacanya dan ia tidak tahu kepada siapa ia membaca hingga enam puluh ayat. Ketika sampai pada ayat (وهو القاهر فوق عباده), ia ditanya, “Wahai Hamzah, bukankah Aku penguasa tertinggi di atas seluruh hamba-hamba-Ku?”
“Ya” jawab Hamzah
“Kamu benar, lanjutkan baca!” lanjut Allah
Imam Hamzah pun membaca sampai akhir surah.
“Bacalah terus!” sahut Allah
Imam Hamzah lalu membaca surah al-A‘raf hingga akhir surah. Sampai di akhir surah, saat ia hendak melakukan sujud Tilawah, Dia berkata, “Cukuplah, apa yang telah kamu lakukan (sujud) di dunia, janganlah bersujud, wahai Hamzah.”
Kemudian Allah bertanya, “Siapa yang mengajarkan bacaan ini?”
“Sulaiman.” jawab Imam Hamzah
Allah menimpali sambil bertanya kembali, “Kamu benar, siapa yang mengajari Sulaiman?”
“Yahya.” jawab Imam Hamzah lagi
“Yahya benar. Kepada siapa Yahya belajar?” tanya Allah lagi.
“Kepada Abu Abdurrahman al-Sullami.” jelas Imam Hamzah
“Abu Abdurrahman al-Sullami benar. Siapa yang mengajari Abu Abdurrahman al-Sullami?” tanya Allah
“Anak paman Nabi-Mu, yaitu Ali bin Abi Thalib,” jawab Imam Hamzah lagi.
“Ali benar. Siapa yang mengajari Ali?” tanya Allah
“Dia belajar kepada Nabi-Mu, Muhammad saw.” jawab Imam Hamzah
“Siapa yang mengajari Nabi-Ku?” tanya Allah
“Jibril.” jawab Imam Hamzah lagi
“Siapa yang mengajari Jibril?” tanya Allah
Imam Hamzah pun diam.
“Wahai Hamzah, katakanlah “Engkau (ya Allah).” jelas Allah
“Saya tidak berani untuk mengatakan “Engkau” (karena malu mengucapkan kata itu di hadapan-Nya).” sahut Imam Hamzah
Allah menyuruh lagi, “Wahai Hamzah, katakanlah “Engkau”.
Imam Hamzah pun menjawab, “Engkaulah yang mengajari Jibril, wahai Tuhanku.”
Kemudian Allah berfirman, “Kamu benar wahai Hamzah. Demi kebenaran Al-Qur'an, sungguh Aku sangat memuliakan ahlul qur’an (keluarga Al-Qur'an), lebih-lebih jika mereka mengamalkannya. Wahai Hamzah, Al-Qur'an adalah Kalam-ku dan Aku tidak mencintai seorang pun seperti kecintaan-Ku kepada ahlul qur’an. Wahai Hamzah, mendekatlah!”
Imam Hamzah pun mendekat, lalu Allah mencelupkan “tangan”-Nya ke dalam minyak wangi kemudian mengoleskan kepadanya seraya berkata, “Aku tidak hanya melakukan ini kepadamu saja. Sebenarnya Aku melakukannya kepada orang-orang yang sama sepertimu dari orang sebelum dan sesudahmu, dan orang yang mengajarkan Al-Qur'an sepertimu tidak akan datang (di hari kiamat) kecuali kepada-Ku. Wahai Hamzah, sesuatu di sisi-Ku yang Aku sembunyikan darimu masih lebih banyak. Maka kabarkan dan sampaikan kepada sahabat-sahabatmu tentang kecintaan-Ku kepada ahlul qur’an dan apa yang Aku lakukan (berikan) kepada mereka. Mereka adalah orang-orang yang dipilih di antara orang-orang yang pilihan.”
“Wahai Hamzah, demi kemuliaan dan keagungan-Ku, sungguh Aku tidak akan menyiksa (mereka) yang lisannya tidak pernah letih untuk membaca Al-Qur'an, dengan api neraka, (tidak menyiksa mereka) yang hatinya selalu dipenuhi oleh Al-Qur'an, (tidak menyiksa mereka) yang telinganya tidak pernah bosan mendengarkan Al-Qur'an dan mata yang tidak pernah lelah melihat Al-Qur'an.”
Imam Hamzah pun berkata, “Maha-Suci Engkau, Maha-Suci Engkau, wahai Tuhanku.”
Lalu Allah bertanya, “Wahai Hamzah, di mana orang-orang yang membaca Al-Qur'an dengan mushaf?”
“Wahai Tuhanku, apa yang Engkau maksud mereka para penghafal/penjaga mushaf?” tanya Imam Hamzah
“Bukan, akan tetapi Aku-lah yang akan menjaga mereka hingga hari kiamat, tatkala mereka (penghafal Al-Qur’an) datang kepada-Ku, niscaya Aku angkat derajat mereka setiap satu ayat satu derajat.” jelas Allah
Kemudian Imam Hamzah menoleh kepada muridnya, Sulaim, seraya berkata, “Apakah kamu masih mencela saya, Wahai Sulaim, tatkala engkau melihat saya menangis dan berguling-guling di atas debu.”
Kisah ini bisa dijumpai dalam kitab Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal karya Al-Kalabi, juz VII, hal. 319.
Wallahu A’lam
Sumber: Situs PBNU