Adalah kalimat isim yang berarti istajib (kabulkanlah). Di dalam bacaannya, kata “Amin” ini terdapat dua macam:
Pertama, dibaca panjang, seperti yang dikatakan seorang penyair:
“Ya Tuhan, janganlah Engkau cabut cintaku kepadanya untuk selamanya. Semoga Allah mengasihi seorang hamba yang berkata āmín (kabulkanlah).”
Kedua, dibaca pendek, seperti perkataan penyair:
“Kabulkanlah kemudian Allah menambah jauh pemisah antara kita.”
Di dalam sebuah hadis diriwayatkan, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:
“Malaikat Jibril telah mengajari aku menyebut kalimat “Amin” setelah aku membaca Al-Fatihah. Jibril berkata, “Amin” itu bagaikan stempel bagi seluruh tulisan’.”
Kemudian hadis ini pengertiannya dipertegas Ali bin Abi Thalib. Ali mengatakan, “Amin” adalah penutup dari Allah, Tuhan semesta alam. Allah menutup doa hamba-Nya dengan “Amin”. Maksudnya, sebagaimana orang yang menyetempel, ia tidak lagi mengotak-atik apa yang telah distempel. Demikian halnya dengan “Amin”, ia akan menghilangkan kekecewaan dari doa hamba Allah (maksudnya, doanya dikabulkan).”
Perkataan “Amin”, bukan berasal dari Al-Qur'an karena tidak pernah dicantumkan di dalamnya, dan tidak dibaca oleh imam ketika salat. Sebab, “Amin” adalah doa, sebagaimana pendapat Al-Hasan Al-Basri. Tetapi pendapat yang paling populer adalah pendapat Imam Abu Hanifah. Ia berpendapat bahwa imam salat membaca “Amin” dengan lirih (pelan) sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Anas ibnu Malik. Menurut pendapat Imam Asy-Syafi‘i, ketika imam membaca “Amin”, justru harus dikeraskan, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Wa‘il ibnu Hajar dari Nabi saw., bahwa Nabi saw. setelah membaca “Waladh-Dhalin” , Nabi membaca “Amin” dengan keras.
Para ahli arkeologi Mesir masa kini mengatakan, bahwa kata “Amin”, itu bermakna Allah. Jadi, dibacanya “Amin” itu pada akhir bacaan surah Al-Fatihah, seakan-akan ditutup dengan nama Allah. Dan ini merupakan syarat bahwa tempat kembali semuanya adalah Allah swt. Para ahli arkeologi itu menduga bahwa kata “Amin” ini ibarat kata Mino atau Amon (bahasa Mesir Kuno).
Sedang para ulama ahli bahasa Smith yang bisa dipercaya mengatakan, bahwa “Amin” disebut di akhir surah Al-Fatihah hanya untuk tarannum (senggak = senandung), setelah membaca surah yang mengandung isyarat mengenai tujuan-tujuan isi Al-Qur'an. Pendapat mereka ini didukung oleh kenyataan bahwa kitab Mazamir (Zabur) selalu diakhiri dengan kata Salah yang kegunaannya adalah sama, yakni untuk tarannum.
Jadi, pengertian “Amin” secara global adalah, “Kami menghadap kepada-Mu wahai Tuhanku, hanya kepada-Mulah tempat kembali.”
Sumber : Tafsir Al-Maraghi
ADS HERE !!!