Waqof Yang Tidak Memberikan Makna
Yang Benar (Waqof Qabih)
Bahwasanya waqof pada kalimat yang
tidak memberikan makna yang benar –hal itu karena kuatnya keterkaitan kalimat
itu dengan kalimat setelahnya baik dari segi lafal maupun makna- dinamakan
waqof qabih. Seperti waqof-waqof pada lafal (بسم) dari kalimat (بسم الله) atau pada lafal (الحمد) dari kalimat (الحمد لله) atau pada lafal (إياك) dari kalimat (إياك نعبد). Dan tidak diperbolehkan dengan sengaja
waqof pada kalimat tersebut, kecuali keadaan darurat dan terpaksa, maka hal itu
masih diperbolehkan (waqof) pada kalimat apapun selagi pembaca tidak mampu
menguasai keadaannya sehingga kalimatnya tidak memberikan makna yang benar, akan
tetapi hendaknya pembaca memulainya dengan kalimat yang diwaqof itu atau
kalimat sebelumnya selagi tidak merusak maknanya.
Jenis-Jenis Waqof Qabih
Waqof qabih terbagi menjadi beberapa
tingkatan, dari yang buruk hingga yang paling buruk:
1.) Waqof pada kalimat yang tidak
bisa dipahami maknanya, contoh: (بسم*), (الحمد*), (يوم*)
2.) Waqof pada kalimat yang menyalahi
makna (aslinya) dan tidak dikehendaki (ditolak) oleh Allah swt., contoh: (إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ
وَالْمَوْتَى* يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ) الأنعام: ۳٦ (وَإِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ
وَلأبَوَيْهِ* لِكُلِّ وَاحِدٍ)
النساء: ۱۱
3.) Waqof pada kalimat yang menyalahi
makna (aslinya) dan bertentangan dengan makna yang dikehendaki oleh Allah Azza
wa Jalla, contoh: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقْرَبُوا الصَّلاةَ * وَأَنْتُمْ
سُكَارَى) النساء: ٤۳
4.) Waqof pada kalimat yang menyalahi
makna (aslinya) dan tidak pantas disematkan kepada Allah Ta’ala, atau bisa
dipahami bahwa maknanya bertentangan dengan aqidah, contoh: (إِنَّ اللَّهَ
لا يَسْتَحْيِي* أَنْ يَضْرِبَ مَثَلا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا) البقرة: ۲٦
5.) Waqof pada kalimat nafi’ yang
kalimat setelahnya adalah jawabannya (لا إِلَهَ* إِلا اللَّهُ) محمد: ۱٩
6.) Seperti yang melekat pada waqof
qabih yaitu waqof yang dibuat-buat dari usahanya sebagian para pembaca atau
ta’wilnya sebagian para ahli hawa nafsu, contoh: (وَارْحَمْنَا
أَنْتَ* مَوْلانَا فَانْصُرْنَا) البقرة : ۲٨٦
Peringatan:
Sebaiknya seorang pembaca menjaga waqof
pada kalimat pembanding seperti membaca: (تُؤْتِي الْمُلْكَ
مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ) آل عمران :
۲٦ dan contoh yang tidak waqof di antara
kalimatnya.
Saktah
Saktah adalah memutus suara saat
membaca dengan tanpa bernafas sekira dua harakat. Dan sudah seyogyanya membaca
saktah pada empat tempat menurut qira’ah Imam Hafs, yaitu:
1.) QS. Al-Kahf/18: 1
وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا*. قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا
2.) QS. Yãsín/36: 52
قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا* هَذَا مَا وَعَدَ
الرَّحْمَنُ ...
3.) QS. Al-Qiyãmah/75: 27
وَقِيلَ مَنْ* رَاقٍ
4.) QS. Al-Muÿaffifín/83: 14
كَلا بَلْ* رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi dkk.
Sumber: Kitab Haqqu at-Tilawah karya
Syaikh Husni dari Mesir
ADS HERE !!!