Sejumlah ulama terdahulu tidak suka mengkhatamkan Al-Qur’an dalam sehari semalam. Mereka bertolak dari hadits sahih yang diriwayatkan Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra., katanya: Rasulullah saw. bersada: “Tidaklah ada (jarang) orang yang membaca (mengkhatamkan) Al-Qur’an dalam waktu kurang dari tiga hari.” (Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i dan lainnya) Tirmidzi berkata, ini hadits hasan sahih.
Sementara, waktu permulaan dan pengkhataman bagi orang yang mengkhatamkan Al-Qur’an dalam seminggu, maka telah diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Utsman bin Affan ra. memulai membaca Al-Qur’an pada malam Jum’at dam mengkhatamkannya pada malam Kamis.
Imam Abu Hamid Al-Ghazali rahimahullah berkata dalam kitabnya, Al-Ihya: “Cara yang lebih baik ialah mengkhatamkan sekali pada waktu malam dan sekali pada waktu siang dan menjadikan pengkhataman siang pada hari Senin dalam dua rakaat fajar (Subuh) atau sesudahnya serta menjadikan pengkhataman malam pada malam Jum’at dalam dua rakaat Maghrib atau sesudahnya supaya awal siangnya berhadapan dengan akhirnya.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Dawud dari Umar bin Murrah At-Tabi’i, katanya: “Mereka suka mengkhatamkan Al-Qur’an dari awal malam atau dari awal siang.”
Diriwayatkan dari Thalhah bin Musharif seorang At-Tabi’i Al-Jalil, katanya: “Barangsiapa mengkhatamkan Al-Qur’an pada waktu manapun pada waktu siang, maka para malaikat mendoakan baginya sampai petang. Dan siapa yang mengkhatamkan Al-Qur’an pada waktu manapun dari waktu malam, maka para malaikat mendoakan baginya sampai pagi.” Diriwayatkan juga dari Mujahid hadits seperti itu.
Diriwayatkan oleh Ad-Darimi dalam Musnadnya dengan isnadnya dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra., katanya: “Jika pengkhataman Al-Qur’an bertepatan dengan awal malam, maka para malaikat mendoakan baginya sampai pagi. Dan apabila pengkhatamannya bertepatan dengan akhir malam, maka para malaikat mendoakan baginya sampai petang.” Ad-Darimi berkata, ini hadits hasan dari Sa’ad.
Diriwayatkan dari Habib Abi Tsabit seorang tabi’in bahwa dia mengkhatamkan Al-Qur’an sebelum rukuk. Ibnu Abi Dawud berkata, “Demikianlah dikatakan oleh Ahmad bin Hanbal rahimahullah.”
Memelihara membaca Al-Qur’an pada waktu malam. Hendaklah seorang penghafal Al-Qur’an lebih banyak membaca Al-Qur’an pada waktu malam dan saat mengerjakan shalat malam. Allah berfirman: “…diantara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah swt. pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat). Mereka beriman kepada Allah swt. dan hari akhir, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang shaleh. (QS. Ali Imran: 113-114)
Diriwayatkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim dari Rasulullah saw., bahwa beliau bersabda: “Sebaik-baik lelaki ialah Abdullah, seandainya dia shalat pada waktu malam.”
Dalam hadits lainnya dalam kitab Shahih disebutkan bahwa Nabi saw. bersabda: “Wahai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti si fulan; dia kerjakan shalat malam, kemudian meninggalkannya.”
Diriwayatkan oleh Thabrani dan lainnya dari Sahl bin Sa’ad dari Rasulullah saw., beliau bersabda: “Kemuliaan orang mukmin adalah shalat di malam hari.”
Banyak hadits dan atsar diriwayatkan berkenaan dengan hal ini.
Diriwayatkan dari Abu Ahwash Al-Jusyamiy, katanya: “Ada orang mendatangi sebuah kemah pada waktu malam. Dia mendengar suara dari penghuninya seperti dengungan lebah. Katanya: “Kenapa mereka merasa aman dari apa yang ditakutkan oleh orang lain?”
Diriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha’I, bahwa dia berkata: “Bacalah Al-Qur’an pada waktu malam, walaupun lamanya seperti memerah susu kambing.”
Diriwayatkan dari Yazid Ar-Raqasyi, katanya: “Jika aku tidur, kemudian aku terbangun, kemudian aku tidur, maka kedua mataku tidak dapat tidur.”
Saya (Syaikh An-Nawawi) katakan: “Sesungguhnya shalat malam dan membaca Al-Qur’an ketika itu sangat diutamakan karena ia lebih menyatukan hati dan lebih jauh dari hal-hal yang menyibukkan dan melalaikan. Di samping itu, ia lebih mampu menjaga dari riya’ dan hal-hal lain yang sia-sia. Dan ia menjadi sebab timbulnya kebaikan-kebaikan pada waktu malam.”
Sesungguhnya Isra’ Rasulullah saw. terjadi pada waktu malam. disebut di dalam hadits: “Tuhanmu turun setiap malam ke langit dunia ketika berlalu sepertiga malam yang awal, kemudian berkata: “Aku adalah Raja, Aku adalah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku maka Aku perkenankan.”
Diriwayatkan dalam hadits, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Pada waktu malam ada suatu saat di mana Allah swt. mengabulkan doa setiap malam.”
Diriwayatkan oleh penulis kitab ‘Bahjatul Asrar’ dengan isnadnya dari Sulaiman Al-Anmathi, katanya: “Aku pernah melihat Ali bin Abu Thalib dalam mimpi, dia berkata: ‘Kalau bukan karena orang yang shalat di malam hari dan lainnya puasa pada waktu siang. Niscaya bumimu telah digoncangkan dari bawahmu karena kamu kaum yang buruk dan tidak taat’.”
Ingatlah, bahwa keutamaan shalat malam dan membaca Al-Qur’an ketika itu akan menghasilkan sesuatu dan tercapainya yang sedikit dan yang banyak. Semakin banyak hal itu dilakukan, semakin baik, kecuali jika meliputi seluruh malam karena yang demikian itu makruh dan bisa membahayakan dirinya.
Hal yang menunjukkan tercapainya keutamaan itu dengan amalan sedikit ialah hadits Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra., katanya: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa shalat malam dan membaca sepuluh ayat, maka dia tidak akan ditulis (dimasukkan) ke dalam golongan orang yang lalai. Barangsiapa yang shalat dengan membaca seratus ayat, maka dia akan ditulis dalam golongan orang yang taat. Dan barangsiapa yang shalat dengan membaca seribu ayat, maka dia akan ditulis ke dalam golongan orang yang berlaku adil.” (Riwayat Abu Dawud dan lainnya)
Ats-Tsa’labi menceritakan dari Ibnu Abbas ra., katanya: “Barangsiapa shalat dua rakaat pada waktu malam, lalu dia bermalam dalam keadaan sujud dan berdiri menghadap Allah swt.”
Perintah Memelihara Al-Qur’an dan Peringatan Agar Tidak Melupakannya
Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Peliharalah Al-Qur’an ini. Demi Tuhan yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh dia lebih mudah lepas dari unta dalam ikatannya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan penghafal Al-Qur’an adalah seperti unta yang terikat. Jika dia memperhatikan unta itu, dia bisa menahannya. Dan jika dilepaskan, ia akan pergi.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra., katanya: Rasulullah saw. bersabda: “Ditunjukkan kepadaku pahala-pahala umatku hingga (pahala) seseorang yang membersihkan kotoran dari Masjid. Dan ditunjukkan kepadaku dosa-dosa umatku. Maka tidaklah kulihat dosa yang lebih besar daripada surah atau ayat dari Al-Qur’an yang dihafal oleh seseorang, kemudian dilupakannya.” (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi) Hadits ini dipersoalkan derajat dan kedudukannya.
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Ubadah dari Nabi saw., beliau bersabda: “Barangsiapa membaca Al-Qur’an, kemudian melupakannya, dia berjumpa dengan Allah Azza wa Jalla pada hari kiamat dalam keadaan yang sangat sedih.” (Riwayat Abu Dawud dan Ad-Darimi)
Orang Yang Tertidur Sebelum Membaca Wiridnya
Diriwayatkan dari Umar bin Al-Khatab ra, katanya: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa tertidur sebelum membaca hizibnya pada waktu malam atau sebagian dari padanya, kemudian membacanya antara shalat Subuh dan Zuhur, maka dia ditulis seolah-olah membacanya pada waktu malam.” (Riwayat Muslim)
Diriwayatkan dari Sulaiman bin Yasar, katanya: “Abu Usaid ra. berkata, “Semalam aku tertidur sebelum membaca wiridku hingga pagi. Apabila tiba waktu pagi, aku mengucapkan istirja’ (Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un). Wiridku adalah surah Al-Baqarah. Kemudian aku bermimpi seolah-olah seekor lembu (sapi) menandukku.” (Riwayat Ibnu Abi Dawud)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dari salah seorang penghafal Al-Qur’an bahwa pada suatu malam dia tertidur sebelum membaca hizibnya kemudian dia bermimpi seolah-olah ada orang berkata kepadanya: “Aku heran pada tubuh yang sehat, dan pemuda yang tidur sampai pagi. Sedang kematian tidak bisa dihindari kedatangannya, bahkan di kegelapan malam pun ia mungkin akan tiba”.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Sumber: Kitab At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an karya Syaikh An-Nawawi Ad-Dimasyqi