“Sesungguhnya
rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah
yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”
(QS. Ali Imran : 96)
Temuan
ilmiah yang dipublikasikan pada Januari 1977 menyebutkan, Makkah al-Mukarramah
adalah pusat daerah kering di dunia (pusat bumi). Kebenaran baru ini didapat
dari hasil penelitian selama bertahun-tahun, berdasarkan analisis matematika
dan program computer. Imuwan Mesir Dr. Husein Kamaluddin berkisah soal temuan
ilmiahnya ini. Penelitian yang ia lakukan menghasilkan sesuatu yang jauh
berbeda dengan tujuan semula. Awalnya, Husein melakukan penelitian untuk
menemukan suatu alat yang dapat membantu setiap orang mengetahui dan menentukan
arah kiblat. Untuk itu, Husein mencoba membuat peta baru dunia dan menentukan
arah kiblat dari semua tempat di dunia. Setelah menggambar garis-garis awal
dari lima benua, ia terkejut melihat hasil yang didapatnya. Ilmuwan Mesir ini
mendapati posisi Makkah berada di pusat bumi. Ia meletakkan satu ujung jangka
di Kota Makkah, lalu melintaskan ujung satunya lagi ke seluruh tepi benua. Ia
kemudian yakin bahwa daerah kering di atas permukaan bumi menyebar dari Makkah
sebagai pusatnya. Di sini, ia menemukan Makkah sebagai pusat bumi.
Mujahid
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Masjidil Haram
adalah tempat suci di antara tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi yang
berhadap-hadapan”. Hadis ini menjelaskan bahwa Ka’bah merupakan pusat
semesta. Setidak-tidaknya, ada dua bukti yang mendukungnya. Pertama,
Al-Qur’an al-Karim kerap menyandingkan bumi berhadapan dengan langit. Padahal,
ukuran bumi sangat kecil dibanding dengan luasnya langit dunia, apalagi dengan
enam lapisan langit yang lain. Ini jelas menunjukkan bahwa bumi memiliki
kedudukan yang istimewa, yakni sebagai pusat semesta. Kedua, pada (QS.
Ar-Rahman: 33) dijelaskan, bahwa kata yang dipakai adalah aqthar, bentuk
jamak dari kata quthr. Dalam bahasa Arab kata quthr bermakna
diameter, yakni garis lurus antara satu tepi lingkaran ke tepi lingkaran
lainnya melalui titik pusat lingkaran, seakan membelah lingkaran menjadi dua
bagian yang sama besarnya. Ayat tersebut menyebutkan bahwa garis diametral
langit sejajar dengan garis diametral bumi. Ini artinya, lingkaran bumi berada
di tengah-tengah (menjadi pusat) lingkaran langit.
Wallahu
A’lam
ADS HERE !!!