“Dan kamu
mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka
ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka
pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari
mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan
ketakutan terhadap mereka.” (QS. Al-Kahf : 18)
Ayat ini masih berbicara seputar kisah Ashabul
Kahfi, yang mana mereka ditidurkan oleh kuasa Allah swt. dalam sebuah gua
dengan membolak-balikkan tubuh mereka, sebagaimana disebutkan bahwa “dan
Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri”. Redaksi penggalan ayat
ini yang kemudian menimbulkan pemahaman berbeda di antara banyak Mufassir (Ahli
Tafsir).
Dalam tafsir Al-Mishbah, penggalan ayat di atas
dimaknai bahwa tujuan tubuh mereka dibolak-balikkan adalah agar angin dan
matahari selalu mengenai seluruh tubuh mereka dan, dengan demikian, tubuh tidak
rusak oleh pengaruh tanah. Namun, oleh Harun Yahya, alasan penyebutan penggalan
ayat ini dimaknai dari kacamata ilmiah, berdasarkan dalam salah satu kutipan
dalam karyanya, bahwa orang yang terus berbaring dalam posisi sama untuk waktu
lama akan mendapatkan masalah kesehatan serius, seperti hambatan sirkulasi,
lebam, dan pembekuan darah pada bagian tubuh yang bersentuhan dengan permukaan
tempat dia berbaring.” Lebam itu dikenal dengan sebutan ‘lebam tidur’ atau
‘lebam tekanan’. Karena tekanan konstan pada salah satu bagian tubuh ketika
seseorang tidak bergerak dalam waktu lama, saluran darah menjadi mengerut dan
bisa ditutup sama sekali. Akibatnya, oksigen dan nutrisi lain yang dibawa darah
gagal mencapai kulit dan kulit menjadi mati. Apatah lagi kalau seandainya para
pemuda Ashabul Kahfi yang ditidurkan hingga kurang lebih 309 tahun dan tidak
mengalami gerakan sama sekali dalam tidurnya. Bisa dibilang sekalipun ruh
mereka tidak dicabut tapi jasadnya sudah hancur dimakan tanah karena proses
yang dijelaskan di atas.
Dapat
dijelaskan bahwa waktu yang dirujuk dalam ayat ini adalah sebagai berikut: 300
tahun x 11 hari (selisih yang terjadi setiap tahun) = 3.300 hari. Mengingat
bahwa satu tahun matahari/syamsiyah berlangsung selama 365 hari, 5 jam,
48 menit, dan 45,5 detik, 3.300/365,24 hari = 9 tahun. Dengan kata lain, 300
tahun menurut kalender Gregorian adalah sama dengan 300 + 9 tahun menurut
kalender Hijriyah. Sebagaimana bisa kita lihat, ayat ini merujuk pada selisih 9
tahun dalam perhitungan di atas. Tidak ada keraguan bahwa Al-Qur’an yang
mengandung informasi luar biasa ini dan yang melampaui pengetahuan sehari-hari
pada masa itu, merupakan keajaiban Al-Qur’an.
Penjelasan
Allah tentang berapa lama Ashabul Kahfi tidur di dalam gua merupakan mukjizat
bagi Nabi Muhammad saw. Beliau tidak belajar ilmu falak tetapi mengetahui
selisih hitungan sembilan tahun antara perhitungan dengan sistem matahari
selama 300 tahun dengan sistem perhitungan tahun bulan. Setiap seratus tahun
matahari, tiga tahun selisih hitungannya dengan tahun bulan. Setiap tiga puluh
tahun matahari, selisih hitungannya satu tahun dengan tahun bulan dan setiap
satu tahun matahari berselisih sebelas hari dengan tahun bulan.
Pengetahuan di atas tentu datang
dari Allah. Allah pula yang mengalihkan perhatian manusia kepada keindahan yang
terdapat di permukaan bumi seperti matahari, cahaya bulan, dan segala keindahan
yang ditimbulkan oleh sinar matahari itu. Pertukaran musim melahirkan berbagai
keindahan, dan pertukaran musim itu sendiri disebabkan perubahan letak
matahari. Demi-kian pula tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang, yang beraneka ragam
dalam hidupnya, tergantung kepada sinar matahari yang dipancarkan ke bumi. Nabi
Muhammad saw diutus kepada umat manusia agar menerangkan bahwa mempelajari
segala keindahan yang ada di bumi ini lebih mendekat-kan diri kepada kebenaran
dan keesaan Allah. Penciptaan alam raya ini lebih rumit daripada penciptaan
manusia itu sendiri.
Wallahu
A’lam
ADS HERE !!!