“dan (Dia
ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah
mereka mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl : 16)
Ayat ini
merupakan penyampaian Al-Qur’an terhadap fungsi bintang bagi manusia, yaitu
salah satunya sebagai “tanda-tanda (penunjuk jalan).” Redaksi Al-Qur’an
di atas akhirnya dibuktikan dengan fakta sesudahnya, dimana pada tahun 1500 M.
seorang putra Mesir, alumni Institute Alexanderia bernama Ptolemeus
Filose mengenalkan buku perdananya berjudul "Almagest", yang
menghimpun dan mengidentifikasikan sekitar 48 bintang dari bintang-bintang
langit. Dan kemudian Himpunan Astronomi Internasional sendiri secara
resmi membagi langit menjadi 88 rasi bintang dengan batas-batasnya yang
sebagian dari kebanyakan rasi bintangnya didasarkan pada tradisi Yunani, yang
diwariskan melalui Abad Pertengahan atau sekitar abad kelima. Akan tetapi, yang
paling mudah dikenali dan paling sering digunakan sebagai petunjuk arah ada
empat rasi bintang, yaitu Rasi Bintang Crux (Bintang Pari) yang digunakan
sebagai petunjuk arah selatan, Rasi Bintang Orion (Bintang Belantik / Pemburu)
yang digunakan sebagai petunjuk semua arah mata angin, tapi lebih sering
digunakan sebagai petunjuk arah barat dengan melihat bagian kepala sang
pemburu, Rasi Bintang Ursa Major (Bintang Biduk / Beruang Besar) yang digunakan
sebagai petunjuk arah utara, dan Rasi bintang Scorpion (Bintang Kalajengking)
yang digunakan sebagai petunjuk arah tenggara atau timur langit.
Antara
penyampaian Al-Qur’an dan kemampuan akal manusia menemukan dan mengelompokkan
bintang-bintang yang bertebaran di langit menjadi suatu konstelasi atau
sekelompok bintang yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus
bukanlah kebetulan. Melainkan karena sifatnya yang Mahatahu dan Mehapencipta
atas segala sesuatu.
Wallahu
A’lam
ADS HERE !!!