Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis? (QS. Nuh/71: 15-16)
Menurut pendapat banyak ulama tafsir, ayat 16 di atas menunjuk, bahwa cahaya bulan hanya pada salah satu dari tujuh langit yang disebutkan pada ayat 15. Mereka beralasan bahwa bulan hanya terlihat di langit yang terdekat dengan bumi. Namun, pendapat lain menyebutkan bahwa kata tujuh langit yang diikuti dengan kata fihinna yang juga berbentuk jamak adalah dimaknai bahwa Allah menjadikan bulan bercahaya pada ketujuh langit tersebut.
Jika memahami bahwa tujuh langit yang dimaksud adalah langit untuk seluruh alam semesta, maka pendapat pertama dapat kita terima, sebab bulan hanya terlihat di langit yang terdekat dengan bumi. Akan tetapi, bila tujuh langit yang disebutkan di atas dipahami sebagai atmosfer atau langit di atas bumi berarti pendapat kedua juga dapat dibenarkan karena mengacu pada ilmu atmosfer bumi yang telah mengelompokkan bahwa langit di atas bumi atau atmosfer terdiri atas tujuh lapis berbeda yang saling tersusun. Pemisahan atmosfer bumi menjadi tujuh lapis tersebut didasarkan atas kriteria kandungan kimiawi atau temperatur udara pada jarak tertentu di atas permukaan bumi. Dan menurut defenisi geologis modern, ketujuh lapisan itu adalah Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, Eksosfer, Ionosfer, Magnetosfer.

Dan satu hal yang perlu diperhatikan pula pada ayat 15 di atas adalah pada kata tibãq yang diterjemahkan ‘berlapis-lapis’ yang berarti hamparan di atas hamparan lain. Dengan demikian, kata tersebut menekankan bahwa lapisan-lapisan atmosfer tersebut bersusun sebagaimana faktanya.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi dkk.
Referensi:
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 14, hal. 351.
Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur'an, hal. 35-37.
ADS HERE !!!