Dan tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka (sendiri) dan mereka telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya melebihi apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang jelas. Maka Allah sama sekali tidak berlaku zalim kepada mereka, tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Rum/30: 9)
Mengenai tafsir ayat yang memerintahkan manusia agar melakukan perjalanan “untuk melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)” sebagaimana disebutkan ayat 9, telah dibahas pada surah Al-An‘am ayat 11. Adapun pendapat beberapa ulama, di antaranya:
Jamaluddin Al-Qasimi: “Aku telah menemui sekian banyak pakar yang berpendapat bahwa kitab suci memerintahkan manusia agar mengorbankan sebagian dari (masa) hidupnya untuk melakukan perjalanan, agar ia dapat menemukan peninggalan-peninggalan lama, mengetahui kabar berita umat terdahulu, agar semua itu dapat menjadi pelajaran dan ‘ibrah yang dengannya dapat diketuk dengan keras otak-otak yang beku.”
Fakhruddin Ar-Razi: Bahwa perjalanan wisata mempunyai dampak yang sangat besar dalam rangka me-nyempurnakan jiwa manusia. Dengan perjalanan itu, manusia dapat memperoleh kesulitan dan kesukaran, yang dengannya jiwa terdidik dan terbina, terasah dan terasuh. Bisa juga ia menemui orang-orang terkemuka sehingga dapat memperoleh manfaat dari pertemuannya dan dapat menyaksikan aneka paham ciptaan Allah.
Pemahaman terhadap pentingnya wisata ziarah ke tempat-tempat bersejarah dapat kita pahami dari redaksi kata ‘fayandhuru/maka mereka melihat’ yang berarti dengan pandangan mata yang mengantar kepada pencapaian tujuan yang benar. Dan adapun pada ayat sebelumnya memerintahkan dengan berpikir, sehingga dengan menggabungkan kedua perintah tersebut, yaitu dengan daya pikir dan fisik, maka diharapkan kebenaran dapat terungkap.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi dkk.
Sumber: M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 10, hal. 48
ADS HERE !!!