Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. (QS. Fushshilat/41: 12)
Dr. Maurice Bucaille menuliskan, bahwa tampak ada kesesuaian antara wujudnya asap pada permulaan terciptanya kosmos, yaitu asap yang digambarkan oleh Al-Qur'an untuk menunjukkan gas yang banyak dalam materi yang menjadi asal kosmos, dengan asap konsep sains modern tentang nebula primitif (kelompok gas asli). Pernyataan ini juga menunjukkan bahwa penciptaan langit mengalami dua masa, yaitu satu masa terjadinya pemadatan asap kosmis dan satu masa lagi berpecah menjadi benda-benda angkasa.
Sedangkan bukti sains menunjukkan bahwa ruang angkasa bukanlah ruang kosong, akan tetapi terisi oleh 99% gas (didominasi oleh hidrogen dan helium), serta lagi debu dan asap (debu) ini mengisi ruang-ruang di antara bintang dan nebula-nebula. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa partikel-partikel berukuran debu tersebut memiliki komposisi yang sama dengan komposisi bahan bumi, seperti silikon, oksida, besi, kristal es, dan molekul-molekul lain. Para ilmuwan meyakini, asap dan gas-gas tersebut merupakan sisa-sisa atau residu dari penciptaan bintang-bintang dan planet-planet di jagat raya ini.
Diterangkan juga bahwa Allah menghiasi langit dengan bintang-bintang yang gemerlapan. Ada bintang yang bercahaya sendiri dan ada pula yang menerima pantulan cahaya dari bintang yang lain. Oleh karena itu, cahaya bintang-bintang itu terlihat tidak sama. Ketidaksamaan cahaya bintang-bintang itu menimbulkan keindahan yang tiada taranya. Allah menjadikan pada tiap-tiap langit sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan hikmah dan sunah-Nya, seperti adanya memberi tarik pada tiap-tiap planet dan menjadikannya berjalan pada garis edarnya, sehingga planet-planet itu tidak akan jatuh dan berbenturan antara yang satu dengan yang lain. Untuk setiap planet itu ditetapkan tugas-tugas tertentu, sesuai dengan keadaan dan sifatnya, seperti tugas bulan tidak sama dengan tugas matahari, karena kejadian keduanya berlainan.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi dkk.
Referensi:
Agus Susanto, Islam Itu Sangat Ilmiah, hal. 42-44.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, Jd. 8, hal. 599.
ADS HERE !!!