Sungguh pohon zaqqum itu, makanan bagi orang yang banyak dosa. Seperti cairan tembaga yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas. (QS. Ad-Dukhan/44: 43-46)
Kata az-zaqqum oleh sementara ulama diduga berasal dari kata az-zuqmah, yakni penyakit lepra. Ada juga yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata at-tazaqqum, yakni “upaya menelan sesuatu yang sangat tidak disukai”. Sementara ulama menyatakan bahwa pohon zaqqùm adalah sejenis pohon kecil dengan dedaunan yang sangat busuk aromanya. Getahnya mengakibatkan bengkak bila menyentuh badan manusia. Ia ditemukan di beberapa daerah tandus dan padang pasir. Kalau pun pendapat ini dapat diterima, pohon zaqqùm yang dimaksud oleh Al-Qur'an bukanlah pohon tersebut, karena zaqqùm (seperti pada ayat ini), tumbuh di dasar neraka. Karena itu pula mereka tidak mengetahuinya, maka Allah swt. menjelaskan sifat-sifatnya di ayat ini dan di surah Al-Waqi‘ah.
Pohon ini dipersamakan oleh banyak ulama dengan pohon yang dinamai oleh Al-Qur'an dengan asy-syajarah al-mal‘ùnah. Kata asy-syajarah biasa digunakan dalam arti pohon kayu. Dalam ayat ini, pohon ini dilukiskan seperti kotoran minyak yang mendidih dalam perut. Dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa: “Seandainya setetes dari zaqqùm diteteskan ke dunia, niscaya kehidupan semua penghuni bumi akan sangat buruk; maka bagaimana dengan yang memakannya.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan lain-lain, dari Ibnu Abbas)
Allah menggambarkan bagaimana siksaan yang disediakan bagi orang-orang kafir penghuni neraka. Dalam ayat yang lain, digambarkan keadaan pohon zaqqùm itu yaitu mayangnya saja menakutkan orang yang melihatnya. Betapa nyeri dan perihnya perut orang yang memakan buah zaqqùm itu digambarkan seperti rasa yang dirasakan seseorang yang meminum kotoran minyak yang sedang mendidih, panasnya diumpamakan seperti panas air yang sedang mendidih yang dapat melumatkan dan menghancurkan perut orang yang meminumnya. Sesudah memakan buah zaqqùm itu orang-orang kafir akan dipaksa lagi meminum minuman air yang sangat panas.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi dkk.
Referensi:
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 12, hal. 325-326.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, Jd. 9, hal. 185.
ADS HERE !!!