Dari apakah Dia (Allah) menciptakannya? Dari setetes mani, Dia menciptakannya lalu menen-tukannya. Kemudian jalannya Dia mudahkan, (QS. ‘Abasa/80: 18-20)
Penciptaan manusia dari setetes mani yang kemudian dengannya ditentukan fase-fase kejadiannya, umurnya, rezekinya, dan nasibnya. Namun, dalam pandangan Harun Yahya, beliau menunjuk ayat ini sebagai salah satu ayat ilmiah yang mengisyaratkan adanya gen manusia yang diprogram setelah terjadinya pertemuan antara sperma dan sel telur dari hasil hubungan suami istri.
Pemahaman di atas didasari pada kata qaddara yang digunakan pada ayat 19 yang merupakan asal kata dari qadara yang memiliki pengertian ‘mengatur’, ‘menentukan’, ‘merencanakan’, ‘memprogram’, ‘melihat masa depan’, dan ‘penulisan segala sesuatu dalam takdir (oleh Allah)’. Adapun alasan pema-haman bahwa ayat di atas adalah sebagai ayat ilmiah mengenai gen manusia yang diprogram berdasarkan kata dan susunan ayatnya, yaitu sebagaimana diketahui bahwa ketika sperma membuahi sel telur dari ibu, gen-gen dari orang tua menyatu untuk menentukan seluruh sifat fisik bayi. Gen-gen tersebutlah yang menentukan warna rambut dan mata, tinggi badan, bentuk muka, postur kerangka badan, dan tak terhitung perincian organ dalam, seperti otak, sistem saraf dan otot.

Selain itu, diketahui bahwa sel pertama yang terbentuk ketika sperma dan sel telur bergabung juga membentuk duplikat pertama molekul DNA yang akan membawa kode dalam setiap sel tubuh orang tersebut sampai dia meninggal dunia.1 Mungkin inilah alasan mengapa redaksi, mulai dari ayat 18 hingga 20, terlebih dahulu menyebutkan asal penciptaan manusia kemudian menyebut kata ‘fa qaddarahu’ / ‘lalu menentukannya’ karena setelah pertemuan antara sperma dan sel telur itulah ditentukan seluruh sifat fisik manusia.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi dkk.
Sumber: Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur'an, hal. 128-129.
ADS HERE !!!