Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir. (QS. Az-Zumar/39: 42)
Tidur adalah kegiatan mengistirahatkan badan setelah seharian beraktivitas dengan tujuan mengembalikan semua fungsi tubuh agar dapat bekerja secara optimal. Islam sebagai agama yang sempurna, telah mengatur semua aktivitas manusia, salah satunya tentang tidur. Dr. Zaenab Ali Ahmad menyatakan, bahwa tidur merupakan realitas fisiologi yang sangat penting dalam hidup. Melalui tidur, anggota tubuh yang vital melakukan istirahat, khususnya perangkat saraf otot. Tidur sangat bermanfaat untuk merilekskan dan menghilangkan ketegangan otot-otot serta aktivitas saraf-saraf, menurunkan tekanan darah, mengurangi frekuensi denyut jantung dan gerak perna-pasan paru-paru sehingga organ tersebut tidak terforsir kerjanya, menyimpan glikogen untuk diubah menjadi gula, dan lain-lain.
Dalam buku Jalan Keabadian, dikemukakan bahwa: “Seorang yang tidur diibaratkan sebagai layangan yang terbang jauh ke angkasa, tapi talinya tetap dipegang oleh pemain, sedangkan mati adalah layangan yang telah putus talinya sehingga ia terbang dan tidak kembali”. Jika sebagian orang berkata mati sama dengan tidur, pastilah mati terasa nyaman. Mengantuk itu nyaman, dan lebih nyaman dari mengantuk adalah tidur, dan yang lebih nyaman dari tidur adalah mati.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi dkk.
Referensi:
Agus Susanto, Islam Itu Sangat Ilmiah, hal. 198-199.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 11, hal. 508.
ADS HERE !!!