Dan sungguh, (Al-Qur'an) itu (disebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu. Apakah tidak (cukup) menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?. (QS. Asy-Syu‘ara'/26: 196-197)
Ayat 196-197 surah Asy-Syu‘ara' menyampaikan adanya bukti yang menunjukkan Al-Qur'an telah disebut dalam kitab suci yang telah diturunkan kepada Bani Israil yakni Zabur, Taurat, dan Injil. Kenyataan tersebut, walaupun berusaha disembunyikan oleh orang-orang Yahudi, tetap saja meninggalkan jejak sebagaimana tersirat dalam Perjanjian Lama Kitab Ulangan 33: 2, “Tuhan telah datang dari Torsina dan telah terbit bagi mereka dari Seir dan kelihatan ia dengan gemerlapan cahaya-Nya dari Gunung Paran”. Ayat dari Perjanjian Lama ini mengisyaratkan tempat munculnya tiga ajaran Allah, yaitu Tursina tempat Nabi Musa as., Seir tempat Nabi Isa as. dan Paran, yakni Mekah, tempat Nabi Ismail as. dan ibunya Hajar mendapatkan air Zam-Zam. Dan satu-satunya Nabi yang langgeng hingga kini yang datang dari Paran berdasarkan fakta sejarah hanya Nabi Muhammad saw.
Selain bukti otentik di atas, sebuah riwayat yang bersumber dari Abu Musa juga menyebutkan bah-wa ketika rombongan kaum muslimin menghadap Negus (Najasyi) di Habasyah, Ethiopia, pemimpin rombongan, Ja‘far ibn Abi Thalib, diminta untuk membacakan sesuatu dari Al-Qur'an. Maka, beliau membaca surah Maryam. Negus menangis sampai membasahi jenggotnya, para uskup yang berada disekitarnya juga ikut menangis. Negus berkata, “Demi Allah, dan demi apa yang disampaikan Musa, ini adalah dari sumber yang sama.” Dan, ketika dibacakan kepadanya oleh Ja‘far pandangan Al-Qur'an tentang Isa as., Negus mengambil sebiji lidi di lantai, lalu berkata, “Tidak berbeda walau sekedar lidi ini keyakinanku tentang Isa dengan apa yang engkau bacakan.” (HR. Thabrani). Ini menandakan bahwa kebenaran bagaimanapun disembunyikan akan tetap nampak di permukaan dan mengalahkan kebatilan.
Wallahu A'lam
Oleh: Saifur Ashaqi dkk.
Sumber: M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 9, hal. 340-342.
ADS HERE !!!