Katakanlah (Muhammad), “Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari kiamat. Siapakah tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Apakah kamu tidak mendengar?”. Katakanlah (Muhammad), “Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari kiamat. Siapakah tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak memperhatikan?”. (QS. Al-Qashash/28: 71-72)
Bunyi penggalan ayat 71-72 surah Al-Qashash yang menyebutkan “Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari kiamat?” merupakan pertanyaan yang mengundang rasa ingin tahu terhadap dampaknya, bagaimana jika seandainya malam tak berganti siang sama sekali? Dalam ilmu astronomi diketahui bahwa perputaran bumi pada porosnyalah yang menyebabkan terjadinya siang dan malam. Seandainya malam berlanjut terus tanpa siang, maka kehidupan akan membeku kedinginan, demikian juga sebaliknya. Kecepatan rotasi bumi pada sumbunya yang menghasilkan pergantian terang dan gelap dalam waktu yang cukup singkatlah yang pada gilirannya menjadikan perubahan panas antara sisi gelap dan terang cukup rendah. Faktanya, planet Merkurius yang siangnya begitu panjang, lebih dari setahun, mengakibatkan perbedaan suhu antara siang dan malam di planet itu mencapai 1000˚ C.
Adapun penggunaan kata “dliya” dalam ayat 71 sangatlah tepat untuk menggambarkan sifat dari cahaya matahari. Menurut Asy-Sya‘rawi, penamaan sinar matahari dengan “dliya” karena cahaya yang menghasilkan panas atau kehangatan sebagaimana ilmu pengetahuan dewasa ini membenarkannya. Sedang kata nur untuk mengungkapkan cahaya bulan karena cahayanya yang tidak menghasilkan kehangatan. Selain itu, ketika mengungkapkan tentang malam, ayat 71 ditutup dengan “Apakah kamu tidak mendengar?” Ini karena di waktu malam dan saat hening pendengaran sangat tajam. Sedang pada ayat 72 saat menguraikan tentang siang ditutup dengan “Apakah kamu tidak melihat?” Ini karena penglihatan di siang hari sangat jelas karena bantuan sinar matahari. Dan masih banyak hikmah lainnya.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Referensi:
M. Quraish Shihab, Dia di Mana-Mana, hal. 41.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 9, hal. 653
ADS HERE !!!