Dan (ingatlah), ketika Kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, dan orang yang beribadah dan orang yang rukuk dan sujud.” (QS. Al-Hajj/22: 26)
Temuan ilmiah yang dipublikasikan pada Januari 1977 menyebutkan, Makkah Al-Mukarramah adalah pusat daerah kering di dunia (pusat bumi). Kebenaran baru ini didapat dari hasil penelitian selama bertahun-tahun, berdasarkan analisis matematika dan program komputer. Ilmuwan Mesir Dr. Husein Kamaluddin berkisah soal temuan ilmiahnya ini. Penelitian yang ia lakukan menghasilkan sesuatu yang jauh berbeda dengan tujuan semula. Awalnya, Husein melakukan penelitian untuk menemukan suatu alat yang dapat membantu setiap orang mengetahui dan menentukan arah kiblat. Untuk itu, Husein mencoba membuat peta baru dunia dan menentukan arah kiblat dari semua tempat di dunia. Setelah menggambar garis-garis awal dari lima benua, ia terkejut melihat hasil yang didapatnya. Ilmuwan Mesir ini mendapati posisi Mekah berada di pusat bumi. Ia meletakkan satu ujung jangka di Kota Mekah, lalu melintaskan ujung satunya lagi ke seluruh tepi benua. Ia kemudian yakin bahwa daerah kering di atas permukaan bumi menyebar dari Mekah sebagai pusatnya. Di sini, ia menemukan Mekah sebagai pusat bumi.
Mujahid meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Masjidilharam adalah tempat suci di antara tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi yang berhadap-hadapan.” Hadis ini menjelaskan bahwa Ka‘bah merupakan pusat semesta. Setidaknya, ada dua bukti yang mendukungnya.
Pertama, Al-Qur'an kerap menyandingkan bumi berhadapan dengan langit. Padahal, ukuran bumi sangat kecil dibanding dengan luasnya langit dunia, apalagi dengan enam lapisan langit yang lain. Ini jelas menunjukkan bahwa bumi memiliki kedudukan yang istimewa, yakni sebagai pusat semesta.
Kedua, pada (QS. Ar-Rahman/55: 33) dijelaskan, bahwa kata yang dipakai adalah aqthar, bentuk jamak dari kata quthr. Dalam bahasa Arab kata quthr bermakna diameter, yakni garis lurus antara satu tepi lingkaran ke tepi lingkaran lainnya melalui titik pusat lingkaran, seakan membelah lingkaran menjadi dua bagian yang sama besar. Ayat tersebut menyebutkan bahwa garis diametral langit sejajar dengan garis diametral bumi. Ini artinya, lingkaran bumi berada di tengah-tengah (menjadi pusat) lingkaran langit.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi dkk.
Referensi:
Nadiah Thayyarah, Sains Dalam Al-Qur'an, hal. 477-478.
Zaghlul Raghib An-Najjar, Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadis Nabi, hal. 94-95.
ADS HERE !!!