Dan sungguh, Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami tidak merasa letih sedikit pun. (QS. Qaf/50: 38)
Tahun 1915, Einstein mengajukan teori bahwa waktu adalah sesuatu yang relatif, bahwa besaran waktu berubah-ubah menurut ruang, kecepatan orang bepergian, dan gaya gravitasi pada saat itu. Mengingat perbedaan besaran waktu, periode penciptaan alam semesta yang dinyatakan dalam tujuh ayat Al-Qur'an sangat cocok dengan perkiraan ilmuwan. Periode enam hari menurut Al-Qur'an dapat di-anggap sebagai enam periode, karena, mengingat rela-tivitas waktu, satu “hari” mengacu hanya pada periode 24 jam yang dialami di bumi di bawah kondisi yang berlaku setempat. Namun, di tempat lain di alam semesta, pada waktu yang lain dan pada kondisi yang lain, satu “hari” bisa mengacu pada periode waktu yang jauh lebih panjang. Bahkan, kata “ayyãm” dalam periode enam hari (sittat ayyãm) dalam ayat ini tidak berarti “hari”, tetapi juga “masa”, “periode”,”momen”, dan “kurun”.
Ketika periode enam hari dihitung menurut relativitas waktu, artinya sama dengan enam juta juta (enam triliun) hari. Itu karena waktu universal mengalir satu juta juta lebih cepat daripada waktu bumi. Dihitung dalam ukuran tahun, 6 triliun hari sama dengan sekitar 16.427 miliar tahun. Angka ini masih dalam selang usia alam semesta yang diperkirakan.
Ketika enam hari penciptaan, dengan kata lain enam fase, dijumlahkan dalam standar waktu bumi, hasilnya adalah 15 miliar 750 juta tahun. Angka ini masih dalam selang perkiraan usia alam semesta yang diperhitungkan para ilmuwan modern. Ini adalah salah satu fakta yang diungkapkan dengan ilmu pengetahuan abad ke-21. Sains sekali lagi menegaskan fakta dalam Al-Qur'an 14 abad lalu. Keselarasan antara Al-Qur'an dan sains merupakan bukti ajaib bahwa Al-Qur'an merupakan firman Allah, Sang Maha Pencipta Yang Mahakuasa.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi dkk.
Sumber: Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur'an, hal. 65-66.
ADS HERE !!!