Sungguh, Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap; dan jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang mampu menahannya selain Allah. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun. (QS. Fathir/35: 41)
Ayat 41 untuk membuktikan bahwa Allah swt. adalah satu-satunya Zat yang mengatur alam raya ini agar tetap eksis dan memberi manfaat pada makhluk-Nya. Penggalan ayat yang menjadi petunjuk-Nya adalah “Sungguh, Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap”. Kata yamsiku digunakan untuk mengungkapkan kalimat ini yang mana berarti memegang sesuatu dengan tangan sehingga yang dipegang itu tidak lepas. Ayat ini mengilustrasikan kemantapan berjalannya sistem alam raya di bawah kendali Allah swt., hal ini bisa kita lihat pada orbit bumi. Sebagaimana diketahui bahwa ketika mengitari matahari, bumi mengikuti orbit yang setiap 28,8 km menyimpang hanya 2,8 mm dari jalur lurus. Orbit yang diikuti bumi tidak pernah berubah karena penyimpangan sebesar 3 mm saja pun akan menyebabkan bencana dahsyat. Jika penyimpangan hanya 2,5 mm, orbit akan sangat besar dan kita semua akan membeku. Dan jika penyimpangan itu 3,1 mm, kita semua akan mati terbakar.
Adapun pada kata ‘tazula’ yang berarti lenyap dan binasa dapat juga berarti ‘berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain’. Makna kata berpindah pada planet yang bisa mengakibatkan hancurnya dan lenyapnya alam semesta ini adalah tepat menggambarkan sistem alam raya ini. Adapun pada kata ‘wa la'in zalata/seandainya keduanya lenyap’ mengisyaratkan bahwa suatu ketika alam raya ini akan binasa atau bergerak diluar jalur orbitnya dan bertabrakan satu sama lain. Dalam ilmu astronomi dikenal pula istilah gaya anti gravitasi, yaitu di mana pengembangan alam semesta akan berakhir ketika telah mencapai tingkat memadai karena gravitasi yang pada akhirnya mengakibatkan alam semesta runtuh dengan sendirinya.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi dkk.
Referensi:
Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur'an, hal. 25.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 11, hal. 88.
ADS HERE !!!